GORESAN TINTA
DI SECARIK KERTAS PUTIH
Sebuah Puisi dari sebuah rasa iba, memandangi terik panas nya sang surya yang serasa memanggang manusia-manusia yang melintas di bawah nya.
Tak ada yang lain yang bisa dilakukan, tanpa ada putus asa. karena harta dan tahta takkan datang tanpa adanya usaha.
makhluk-makluk kecil itu pun ikut ambil bagian, dari kerasnya kehidupan jalanan.
Tak peduli apa pun dilakukan, demi untuk sesuap makan.
Hidup ini keras, butuh perjuangan jika ingin kebahagiaan.
tapi perjuangan tak pernah ja janjikan kesenangan, tapi ku yakin hidup tak ada yang sia-sia.
tetaplah berjalan sampai nanti, tetaplah berusaha dan jangan putus asa.
yakin lah bahwa rahasia dan rencana yang kuasa tiada yang sia-sia.
yakin lah bahwa rahasia dan rencana sang pencipta jauh lebih indah dari segalanya.
Selimut Debu
Karya : Zelin Resiana
Lampu merah menunggunya
Merahnya lampu jadi kesempatan
Dengan sebeban koran dipelukan
Berjalan tertatih di sudut badan jalanan
Mentari sinarnya tak
sepanas kemarin
Tapi kaki serasa meringis pijakkan panasnya aspal kehidupan
Namun,
Tok
tok
tok...
Sepasang mata indah itu menatap
Sinarnya menampakkan sebuah
harapan
Tahan panasnya hati,
berharap beberapa koran di beli
Walau aku hanya sendalkan telapak kaki
Tapi hidupku tak boleh sesal tertinggal
Siang berlari, malam pun terlewati
Badan-badan mungil pun bermimpi
Serasa tidur dikasur empuk hotel berbintang tujuh
Badan letih tak sadar lagi, sungguh nyenyak
Plaaakkk. . . . . .
Uhh. . . nyamuk
menggigit nya
Terbangun dari tidur nya
Tersadar dari mimpi nya
Pun menetes air mata nya
Bukan tidur berselimut
sutra
Tidur di badan jalan berselimut DEBU. . . . .
Terkadang batin nya pun sesekali meratap
Ibu. . engkau dimana ? Ayah. . engkau dimana ?
Tak sanggup daku berselimut Debu
Ajak aku kemana pun tempat mu. .
Ya Tuhan, Kabul kan do’a ku.
Seperti nya mereka butuh
jawaban
Dari sang Penguasa. . .
.
Mereka pun pantas atas kebahagiaan.
Mereka Punya Harapan, ya sama seperti kita.
Mereka punya Cita-cita, ya sama seperti kita.
Mereka pun ingin Kebahagiaan,
Tak ubahnya dari kita
Aku, kamu, mereka.




